Saya mengenal Buya Ahmad Syafii Maarif pertama kali lewat tesis (untuk meraih gelar Master) beliau. Lantas intens berhubungan dengannya ketika beliau menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, sedangkan saya sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang akan menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah Ke-45.
Buya menyetujui UMM menjadi tuan rumah dengan syarat selain menyediakan tempat, juga bersedia menanggung biayanya. Inilah untuk pertama kalinya Muktamar Muhammadiyah hampir sepenuhnya menggunakan fasilitas milik amal usaha Muhammadiyah sendiri. Begitu juga biayanya. Setelah itu, muktamar-muktamar berikutnya selalu diselenggarakan menggunakan platform Muktamar Muhammadiyah Ke-45 di Malang.
Pada saat itu, saya memperoleh banyak pelajaran dari Buya. Bukan hanya tentang pikiran dan sikapnya, tentang kemanusiaan, toleransi, keberagaman, dan keislaman, tetapi juga tentang kerendahan hati dan kebersahajaan. Buya adalah pribadi yang jauh dari suka jaga gengsi atau “jaim”. Bayangkan, sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, beliau tidak gengsi membantu panitia muktamar dalam urusan remeh-temeh. Misalnya, membawa amplop untuk meminta sumbangan kepada para donatur.
Pemikiran Buya merupakan khazanah intelektual yang sangat berharga. Buya punya cita-cita yang besar dan terus-menerus gelisah terhadap krisis yang menerpa bangsanya. Karena itu, saya berharap teladan Buya dapat menjadi virus positif bagi segenap masyarakat Indonesia, terutama kalangan muda. Anak-anak muda memang sudah seharusnya dapat mempelajari semua pemikiran beliau.
Muhadjir Effendy (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)
Indonesia yang berkemajuan dan berkemajemukan sangat membutuhkan sosok dan teladan seperti Ahmad Syafii Maarif. Pemikiran, kontribusi, pengalaman, dan rekam jejak beliau yang luar biasa telah menempatkannya sebagai role model negarawan yang dibutuhkan Indonesia.
Sebagai ulama sekaligus pemikir Islam, Buya Syafii selalu menempatkan kepentingan umat dan keutuhan Indonesia. Sosok seperti inilah yang harus terus lahir dari bangsa ini agar keindonesiaan kita tetap terjaga. Negarawan seperti Buya Syafii adalah perekat bagi setiap elemen bangsa untuk bersama mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat.
Archandra Tahar (Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Ke-5 (2016-2019)
Buya Syafii itu melihat apa pun dengan kacamata moral. Ini tak selalu tepat, terutama untuk melihat dunia politik dengan segala kompleksitasnya. Tapi, tanpa moralitas yang tak henti disuarakan Buya Syafii, politik menjadi hampa dan tak bermakna.
Jeffrie Geovanie (Pengusaha; Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 2014–2019)
Buku ini wajib dibaca. Ia ibarat jari telunjuk Buya yang menunjuk bulan. Meski tidak seratus persen tepat, ia memandu kita untuk tak lelah mencari negarawan—figur yang tidak sepenuhnya sempurna, tapi ikhlas mendengarkan keluhan dan menjadi sandaran penderitaan rakyat.
Sukardi Rinakit (Staf Khusus Presiden Bidang Politik)
Buya Ahmad Syafii Maarif bagi saya adalah sosok yang konsisten, teguh pendirian, sekaligus tetap tawaduk. Buya tetap menjadi begawan dalam lintasan zaman yang beliau lalui. Begawan yang tak lelah untuk belajar, namun tetap menyuarakan kebenaran dan menjaga nalar kebangsaan agar tetap pada relnya. Buya dengan kesederhanaannya konsisten dengan nilai-nilai yang beliau yakini. Tak banyak yang mampu menjaga konsistensi ini. Bagi saya dan generasi muda lainnya, Buya adalah model pemimpin terbaik bangsa.
Rita Pranawati (Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
Buya adalah batu karang. Keyakinannya tidak bisa digulung oleh ombak setinggi apa pun. Buya juga lilin, yang tabah menyodorkan badannya dibakar demi jiwa umat tetap menyala. Seperti halnya para pendiri negara yang berkhidmat dengan sahaja, Buya juga punya teladan hidup yang begitu sederhana. Pada saat para pemimpin (formal dan informal) memuja kepemilikan material, Buya lebih memilih menjadi pandu moral. Bangsa ini telah diajari keyakinan, ketabahan, dan kesahajaan tanpa batas. Panjang umur, Buya.
Ahmad Erani Yustika (Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya)
Buya Syafii adalah Gus Dur-nya Muhammadiyah, dan Gus Dur adalah Buya Syafii-nya NU.
Akhmad Sahal (Intelektual Muda NU)
Buya Ahmad Syafii Maarif sederhana dalam penampilan, egaliter dalam hubungan sosial, dan sangat kaya ilmu pengetahuan dan wisdom. Beliau juga tak kenal lelah mencintai Indonesia.
Dr. Rizal Sukma (Duta Besar untuk Kerajaan Inggris, Irlandia, dan International Maritime Organization [IMO] 2016-2020)
Buya Syafii Ahmad Maarif, bagi saya, adalah manusia yang sangat manusiawi. Cara berpikir dan tindakannya menunjukkan ia adalah seorang yang suka belajar dari tempat rendah terus maju menuju tinggi menggapai sebuah kebijaksanaan. Kehadiran karya-karya Buya di dalam era kita, buat saya, merupakan sebuah berkah sejarah. Darinya kita bisa belajar menjadi manusia yang jujur, tulus, berani, dan susilawan. Semoga Buya dapat terus berkarya memberi inspirasi bagi siapa pun yang ingin menggapai kebijaksanaan.
Js. Kristan (Rohaniwan Khonghucu MATAKIN)
Dalam gelap, jalan buntu, kami sering berpikir tidak ada lagi yang bisa jadi contoh. Lantas banyak di antara kami yang berpikir: ada Buya Ahmad Syafii Maarif! Ini menyedihkan, karena bukankah seharusnya negeri ini punya lebih banyak Buya Maarif?
Bahwa kita berpikir lagi-lagi Buya Maarif adalah karena beliau begitu jernih, dalam, dan lugas dalam berpendapat. Dan, pendapat beliau dituntun oleh harapan dan cintanya kepada negeri ini, sederhana bukan? Tetapi, mengapa tidak bisa lebih banyak Buya Ahmad Syafii Maarif?
Terima kasih Buya.
Sandra Hamid (Perwakilan The Asia Foundation di Indonesia)
Buya Syafii sosok yang komplet: ulama, historian, jurnalis, penggerak organisasi, dan guru. Ia manusia udik, sekaligus kosmopolit. Pengetahuan sejarah membuatnya senantiasa mawas dengan kuasa. Dunia surau dan ulama mengantarnya pada harmoni yang mengayun di antara batas-batas. Menjadi jurnalis mengingatkannya bahwa ia manusia pengabar dan tetap jernih berhadapan dengan gradasi informasi. Dengan berorganisasi, ia dekat dengan tata kelola manusia yang rumit dan indah. Dan, ia senantiasa sosok guru bagi generasi dalam pengertian yang sesungguhnya.
Seperti musik, kapasitas semacam itu membuat Buya Syafii bisa menjelajahi irama keindonesiaan dan keislaman sekaligus dalam harmoni. Ia penjaga mercusuar perbatasan yang sunyi. Beliaulah konduktor orkestrasi bangsa. Bunyi peluitnya menggema pada mereka yang melampaui batas. Baginya, segala yang berlebihan akan merusak. Nimium nocet.
Pada akhirnya, sosok Buya adalah cermin kesederhanaan yang kudus di kehidupan kita kini, sancta sancta itas.
Anas Syahrul Alimi (Promotor Musik, CEO Prambanan Jazz Festival)
Pandemi Covid-19 telah mengubah secara mendasar situasi sosial, ekonomi, budaya, dan politik keamanan dunia dan Indonesia. Diperlukan perubahan paradigmatik untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Bukan hanya dalam hal penyesuaian prosedur menjaga kesehatan fisik dan jiwa, maupun sintas ekonomi, melainkan ikhtiar berefleksi dan berkontemplasi mendalam dan tulus, agar spesies manusia bertahan hidup, berdamai, dan menghayati kesatuannya dengan sesama dan alam semesta.
Pengalaman perempuan subaltern maupun kelompok marginal atau minoritas lainnya perlu dijadikan salah satu titik berangkat refleksi bangsa, khususnya oleh komunitas lintas iman, agar kita mengembangkan spiritualitas yang otentik melampaui hal fisik instrumentalistik dan semata-semata primordial dalam menyongsong kehidupan setelah pandemi Covid-19.
Dalam kerangka itu, Buya Ahmad Syafii Maarif mengajak kita merenungkan nilai-nilai antikorupsi, prinsip syura yang inklusif dengan melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, rasa cinta serta panggilan untuk merawat alam, dan menjadikannya sebagai agenda jihad komunitas lintas iman. Selamat Ulang Tahun Ke-85, Buya Syafii yang kami hormati dan kasihi. Semoga tetap sehat dan menginspirasi sebagai guru bangsa.
Pdt. Sylvana Apituley, M.Th (Wakil Presiden Dewan Gereja Reformasi Sedunia)
Buya Ahmad Syafii Maarif adalah panutan dan penuntun. Di kalangan para aktivis, Buya adalah teladan dalam berintegritas. Salah satu kalimat yang hingga kini menancap dalam hati adalah, “Jadi aktivis itu harus, tapi nilai harus tinggi.”
Bagi saya modal sukses yang paling utama, sebagai seorang aktivis adalah integritas. Dan, Buya telah menjadi panutan soal integritas ini.
Tidak sekadar panutan, Buya adalah sosok penuntun dalam penyelesaian berbagai persoalan-persoalan kebangsaan. Wajar jika Buya selalu menjadi referensi bagi para pemimpin negeri. Gaya bicaranya yang tegas, lugas, dan bernas membuat nasihatnya banyak ditunggu.
Saya masih ingat saat Buya meminta sengketa Pilpres 2019 diselesaikan lewat jalur hukum, bukan demonstrasi dan menyebar fitnah. “Kalau ada sengketa, selesaikan melalui jalur hukum, jangan di luar hukum. Kita punya Mahkamah Konstitusi, kita punya aparat hukum, jangan di luar karena kita negara hukum. Kita tidak boleh main hakim sendiri, tidak boleh mengadu domba.”
Wajarlah jika beliau menjadi guru bangsa, yang selalu menjadi panutan sekaligus sebagai penuntun bagi segenap anak bangsa.
Dr. Mariman Darto (Kepala Puslitbang KDOD LAN RI)
Buya Ahmad Syafii Maarif tokoh yang sangat dirindukan oleh umat pada saat ini. Pemikiran dan pendapatnya selalu menjadi solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Figurnya menjadi teladan bagi para pemimpin. Sederhana, tegas, dan mengayomi kaum muda, menjadi identitas yang melekat dalam jati diri Buya.
M. Yana Aditya (Direktur Keuangan PT Polowijo Gosari Indonesia Holding)
Sumber: David Krisna Alka & Asmul Khairi (ed.), “Mencari Negarawan; 85 Tahun Ahmad Syafii Maarif”, (2021)
Penyunting: Nirwansyah