JIBPost.ID – Setiap gerakan yang mengkhianati konsensus kebangsaan mesti ditumpas. Pernyataan tersebut secara tegas disampaikan oleh Sukidi, seorang pemikir kebinekaan dalam program “Metro Pagi Primetime” MetroTV, Rabu (30/3/2022).
Menurutnya, tidak ada toleransi bagi siapa pun yang mengkhianati konsensus kebangsaan, yakni konsensus tentang NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945. Oleh karena itu, kata Sukidi, segenap warga negara harus selalu bersatu mendukung sepenuhnya untuk menumpas setiap gerakan yang mengkhianati konsensus kebangsaan tersebut.
“Setiap usaha untuk mendirikan negara Islam, apa pun bentuknya, entah itu dalam bentuk Negara Islam Indonesia, entah itu dalam bentuk Negara Khilafah, entah itu dalam bentuk yang lebih lunak, NKRI Bersyariah, tidak diberikan toleransi sedikit pun. Karena, itu sudah melanggar konsensus yang menjadi kesepakatan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya.
Doktor jebolan Harvard ini menekankan bahwa toleransi tidak lantas memberikan kebebasan kepada siapa pun untuk berbuat apa pun. Melainkan, toleransi selalu terbatas pada konsensus yang kita sepakati dalam kehidupan bernegara.
“Toleransi hanya diberikan kepada mereka yang tentu saja bersedia menerima empat konsensus ini dan bersedia untuk hidup secara damai, secara harmonis, dan juga secara penuh respek,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyodorkan beberapa strategi untuk menangkal paham radikalisme agar anak-anak muda tidak mudah terpengaruh. Pertama, negara harus hadir yang dalam hal ini bisa melalui Densus 88 Antiteror, Kementerian Agama, dan MUI.
Baginya, program da’I/da’iyah atau ustadz/ustadzah bersertifikat yang digalakkan oleh Kemenag maupun MUI mesti didukung, karena program tersebut mendorong para mubalig agar menyampaikan dakwah yang ramah, menumbuhkan cinta pada Tanah Air, dan menaati konsensus atau konstitusi yang dianut oleh Indonesia.
Kedua, melakukan reorientasi dakwah. Sukidi menilai reorientasi dakwah ini merupakan agenda mendesak dan menjadi tugas, terutama para mubalig, MUI, Kemenag, NU-Muhammadiyah untuk melakukan suatu gerakan baru.
“Umat Islam selain perlu melakukan reorientasi dakwah, juga dakwah harus ditumbuhkan dalam bentuk kecintaan pada Tanah Air…Gerakan dakwah yang memberikan suatu visi pada kecintaan pada Tanah Air. Karena cinta Tanah Air itulah yang ditunjukkan oleh para pendiri bangsa,” ujar Kader Muhammadiyah itu.
“Keimanan yang benar itu harus berujung pada suatu ikhtiar untuk menumbuhkan cinta pada Tanah Air itu sendiri,” imbuhnya.
Penyunting: Nirwansyah