• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
Mencerahkan Semesta
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
Mencerahkan Semesta
No Result
View All Result
Home Memori

Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19

Redaksi JIBPost by Redaksi JIBPost
Juli 27, 2022
in Memori
0 0
1
Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19

Ilustrasi: iNews.id

0
SHARES
28
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Salah satu “siksaan” paling nyata saat menderita Covid-19 adalah kurungan di kamar khusus sendirian

Ahsan Jamet Hamidi

Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pisangan, Legoso

Saya bersyukur menjadi salah satu dari sekian juta orang Indonesia yang disambangi virus Covid-19. Bersyukur karena tidak mengalami gejala berat. Penciuman dan perasa pada hidung dan mulut tetap normal. Saya hanya mengalami batuk, flu dan sedikit meriang di badan. Tubuh terasa membaik setelah minum obat. Akan tetapi, besoknya kambuh lagi, lalu minum obat lagi. Terus begitu selama kurang lebih 4 hari.

Saya tes antigen ke laboratorium karena memenuhi prosedur kantor saat hendak bepergian. Ketika hasilnya positif, maka saya harus menunda bepergian. Selain itu, saya harus menginformasikannya kepada rekan-rekan sekantor, para tetangga dan komunitas lain yang berinteraksi sebelumnya. Saya ikhlas menerima ini. Pertanyaan tentang “dari mana saya mendapatkan virus Covid-19?” telah terabaikan. Tidak penting untuk dibahas.

Beban Orang Sakit

Tahun 2013, saya pernah menemukan buku yang judulnya agak provokatif, yakni Orang Miskin Dilarang Sakit. Ditulis oleh Eko Prasetyo, alumni UII Yogya. Buku itu menjelaskan bahwa kesehatan itu mahal. Ongkos obat dan rumah sakit membumbung tanpa kontrol. Mahalnya ongkos tersebut, masih juga diperuncing oleh beredarnya obat palsu. Kenyataan seperti itu terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga marak di banyak negara miskin lainnya.

Masih dalam sumber yang sama, ada keunikan khas terjadi di Indonesia. Penyakit, ternyata juga bisa menjadi alat pelindung bagi para koruptor. Setiap kali para tersangka korupsi akan diperiksa, dengan cepat para pengacara mereka menyodorkan surat keterangan dari dokter kepada polisi atau jaksa. Tentu saja isinya adalah keterangan sakit. Bagi para koruptor, surat dokter bisa bernilai ampuh. Ia bak surat pengampunan, kendati itu sementara.

Tatkala buku tersebut terbit, Indonesia memang belum sepenuhnya menerapkan kebijakan tentang jaminan kesehatan bagi warga melalui mekanisme BPJS. Sehingga, penulisnya terkesan sangat marah serta kontennya sangat provoktif.  Ia menjelaskan bahwa warga miskin yang sedang sakit, akan mengalami beban ganda. Tidak hanya terbebani oleh mahalnya obat dan rumah sakit, tetapi juga ada efek ikutan lain yang hanya bisa diselesaikan dengan uang.  

Negara Hadir

Kisah yang saya alami kemarin agak berbeda dengan gambaran dalam buku di atas. Ketika dinyatakan positif, saya langsung menghubungi pihak PUSKESMAS. Meski saat itu hari libur, dokter jaga (dr. Sari) tetap siaga melayani dengan ramah. Kami berkonsultasi melalui aplikasi WhatsApp. Setelah keluhan pasien diketahui, alamat dan data hasil laboratorium serta status dari aplikasi PeduliLindungi diterima, 30 menit kemudian layanan obat-obatan dan vitamin datang. Ada tulisan, “Dari Kementerian Kesehatan RI”. Tentu, semua itu bisa didapatkan secara gratis.

Tak hanya itu, setiap hari, dr. Sari rutin bertanya tentang kondisi dan perkembangan pasien. Saya juga boleh bertanya tentang berbagai hal terkait kesehatan kepadanya.

Atas pengalaman tersebut, saya berkesimpulan bahwa buku Eko Prasetyo tersebut mungkin benar pada zamanya. Realitas yang saya alami saat ini kontras dengan gambaran dalam buku tersebut. Saya bersyukur bahwa dalam penanganan Covid-19, negara telah hadir di tengah-tengah warga yang membutuhkan. 

Faktor Kesembuhan dari Covid-19

Salah satu “siksaan” paling nyata saat menderita Covid-19 adalah kurungan di kamar khusus sendirian. Segala genre film di Netflix habis terlahap. Novel, cerpen, hingga buku Tafsir Jalalain pun jadi terbaca. Namun, tetap masih ada waktu dan energi yang harus dibuang.

Ketika dalam puncak keterasingan di ruang isoman, saya mengambil Kitab tebal dari atas meja. Itu adalah buku Tafsir Jalalain. Selama ini jarang dibuka. Malam itu, saya ingin sekali membacanya. Ketika membuka secara random, tiba-tiba ayat yang muncul dan kemudian dibaca adalah Surat Al-Anibya ayat 35. Isinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”

Usai membaca surat dan tafsirnya, malam itu terasa sangat hening dan berbeda sekali. Meski tidak ada tanda-tanda fisik yang mengisyaratkan adanya kelemahan, apalagi kematian, namun temperatur AC di kamar terasa lebih dingin. Jantung pun berdetak lebih kencang, tulang belulang dalam tubuh seakan terasa semakin ngilu. Telapak tangan dan kaki terasa dingin. Saya merebahkan diri, menarik nafas panjang, berzikir. Hanya mampu pasrah total hingga tertidur. 

Esoknya, melalui proses negosiasi alot dengan istri, akhirnya aku dapat keistimewaan untuk bisa keluar kamar. Saya harus bergerak dengan menggunakan alat rowing selama 1 jam, plus berjemur selama 30 menit. Selama jam itu, penghuni lain secara bergantian harus masuk kamar. Itulah kemewahan istimewa selama isoman kemarin.

Kemewahan lainnya adalah bisa mengobrol panjang lebar dengan kawan-kawan dekat melalui aplikasi WhatsApp. Ada pertanyaan yang selalu ingin kuhindari, seperti: “Lu kena Covid-19 di mana sih?”. Hematku, ini pertanyaan paling konyol. Bagaimana mungkin kita bisa tahu perjalanan virus dari satu tubuh manusia kepada yang lain.  

Namun demikian, banyak juga banyolan yang muncul dan sangat menggembirakan. “Emang Covid-19 masih ada Bro?”; “Ah…lu sebenarnya cuman kena flu dan batuk aja. Siapa pun yang sedang batuk dan flu, kalo tes antigen, pasti hasilnya positif?”; “Banyakin berjemur deh Bro, sampai kulit lu item keling dan badanmu keringetan. Gerakin tubuhmu sampe teler. Nanti malam tidurmu pasti nyenyak, lalu virus-virus itu modar dengan sendirinya”; “Minum jus buah dan sayur (apa saja) tanpa gula yang banyak Bro…entar juga segeran”; “Cuci hidung dengan air infus menggunakan nose cleanser deh. Mati semua virus di hidungmu”.

Semua nasihat menggemberikan itu saya ikuti. Terutama soal olah raga hingga melelahkan tubuh. Ketika pada siang hari saya berolahraga (rowing) dan berjemur hingga berkeringat, malam harinya tubuh memang terasa sangat letih. Akhirnya, kualitas tidur juga sangat membaik. Selain olah raga, banyak sekali kiriman vitamin, madu, jamu dari kawan-kawan. Terima kasih banyak semuanya. Orang-orang baik itu tidak perlu disebut namanya. Catatan malaikat tidak pernah keliru. Itu jauh lebih penting dalam mendata semua kebaikan.

Sebagai orang yang percaya pada pola pengobatan medis, saya mengikuti saran dokter. Minum obat anti-virus, obat batuk dan flu serta vitamin. Selebihnya, minum jamu beras kencur, jahe dan kunyit, ramuan madu bawang putih dan jeruk nipis, air kelapa, madu, lemon dan air hangat. Mungkin organ tubuhku bingung, semua vitamin dan makanan bergizi masuk ke dalam tubuh meski tidak berbarengan.

Setelah melakukan isoman selama 7 hari dan kemudian melakukan tes, hasilnya negatif. Alhamdulillah. Sungguh saya harus bersyukur berkali-kali. Jika ditanya, bisa cepat sembuh oleh apa. Pasti saya tidak akan mampu menjawabnya.

Penyunting: Nirwansyah

Post Views: 134
Previous Post

Kabinet DPP LIRA Resmi Dilantik, Presiden LIRA: LIRA Terus Konsisten Menjadi Jembatan Rakyat-Pemerintah

Next Post

Jelang Kepulangan Gelombang Kedua, Stafsus: Petugas Harus Tetap Fokus dan Semangat!

Next Post
Jelang Kepulangan Gelombang Kedua, Stafsus: Petugas Harus Tetap Fokus dan Semangat!

Jelang Kepulangan Gelombang Kedua, Stafsus: Petugas Harus Tetap Fokus dan Semangat!

Comments 1

  1. Nur says:
    8 bulan ago

    Mantap 👍👍

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • PSIPP ITB AD Jakarta Gelar Pelatihan Amil Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
  • LIRA, Benalu Ekonomi Bikin Kening Berkerut!
  • Mempertanyakan Ulang Peran Muhammadiyah di Ranah Digital
  • Dua Dekade MAARIF Institute, Komitmen Mengawal Visi Perjuangan Buya Syafii
  • Dua Dekade Maarif Institute, Sebuah Catatan dari Kaum Muda

Recent Comments

  1. Nur mengenai Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19
  2. Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19 - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Dokter Juga Manusia
  3. Ini Imbauan bagi Jemaah Haji di Madinah dan Makkah - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Jemaah Haji Mendapatkan Makanan Tiga Kali Sehari
  4. Membumikan Etika: Aktualisasi dan Pengelolaan - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Azyumardi Azra
  5. IMM Banjarbaru Gelar ILC, Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Pilkada – IMM BANJARBARU mengenai Call for Book Chapter: Setahun Pemerintahan Joko Widodo-Ma’aruf Amin
Mencerahkan Semesta

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In