• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
Mencerahkan Semesta
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
Mencerahkan Semesta
No Result
View All Result
Home Info

Kaum Muda Bicara Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Redaksi JIBPost by Redaksi JIBPost
November 6, 2021
in Info
0 0
1
Kaum Muda Bicara Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Diskusi seri-11 PSIPP ITBAD Jakarta

0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JIBPost.ID – Beberapa anak muda menyampaikan pandangannya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam seri diskusi ke-11 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta bersama Komunitas ‘Aisyiyah ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Diskusi tersebut mengangkat tajuk “Bedah Buku ‘Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak’; Perspektif Orang Muda” pada Jum’at. (5/11) secara luring di Ruang Sjahrir Nurut sekaligus pengajian rutin Komunitas ‘Aisyiyah.

Para anak muda tersebut, antara lain Nuruts Tsani Thohuroh, Ma’rifatul Hikmah, dan Junarti serta Anastasia Maulina Malik sebagai moderator.

Tsani mengatakan bahwasannya buku yang ditulis oleh Yulianti Muthmainnah ini banyak membeberkan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar kita terkait kekerasan dan berangkat dari pengalaman yang panjang penulis dalam ranah advokasi bagi para korban.

“Korban mengalami stigmatisasi, disalahkan karena dianggap lenjeh, pakaian terbuka. Padahal pelakunya rata-rata adalah orang-orang terdekat korban,” katanya.

Di sisi lain, ia juga menyoroti TKI Indonesia, khususnya perempuan yang masih banyak mengalami pelecehan dan kekerasan oleh majikannya. Para TKI tersebut, kata Tsani, menjadi penyumbang devisa kedua Indonesia, namun pemerintah masih belum optimal dalam memperjuangkan keadilan bagi TKI.

“Walaupun Indonesia punya UU TKI, tapi kekerasan pada TKI masih tinggi,” ujarnya.

Tsani menyayangkan anggapan masyarakat yang memandang pelaku kekerasan sebagai orang penting, setelah selesai menjalani hukumannya dan keluar dari penjara malah disambut bak pahlawan, sambutan meriah, tanpa mempertimbangkan perasaan korban.

“Korban menjadi kaum yang termarjinalkan, korban mendapatkan diskriminasi, korban masih mengalami trauma berat. Padahal korban harusnya bisa memulai hidup baru. Untuk korban kaya, mungkin bisa mengakses rehabilitasi di tempat layak. Bagaimana dengan korban orang miskin? Bagaimana akses pemulihan bagi korban? Inilah yang harus kita bangun, bentuk empati kita bagi korban. Maka, zakat kita penting membebaskan mereka, para korban yang mengalami musibah besar dalam hidupnya. Zakat kita untuk membela sesama Muslimah.”

“Terima kasih untuk Ka Yuli yang telah menerbitkan buku ini, karena telah memberikan makna yang penting dalam pemenuhan hak-hak konstitusional warga negara, terutama dalam  mengakses keadilan, semoga buku ini membuat korban berani mengungkapkan kasusnya di depan meja hijau dan kita bisa menggalang zakat bagi korban,” imbuh Tsani.

Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak memang kurang banyak mendapat perhatian. Padahal, menurut Rifa sapaan akrab Ma’rifatul Hikmah, kasus kekerasan ini sangat memilukan hati. “Tema ini sangat sensitif,” ungkapnya.

Berdasarkan pengalamannya, banyak laki-laki yang sebenarnya telah melakukan kekerasan terhadap perempuan. Misalnya, ketika perempuan berjalan di gang lalu memanggil perempuan tersebut dengan sebutan “cewek-cewek” dan sebagainya.

“Padahal perempuannya juga tidak genit, tidak ganggu laki-laki itu, tapi kenapa malah dapat pelecehan? Kalo ingat itu, pedih rasanya, tapi dulu saya tidak tahu apa itu kekerasan dan pelecehan seskual itu,” terangnya.

Menurutnya, kekerasan seksual itu bukan hanya soal penetrasi penis ke vagina belaka. Akan tetapi, masih banyak bentuk lain. Bahkan, lanjut Rifa, korban acap kali mengalami trauma panjang dan merasa tidak memiliki harapan untuk masa yang akan datang.

“Banyak orang yang mengalami kekerasan, dalam pacaran, dalam hubungan perkawinan.  Saya menghimbau, teman-teman yang belum menikah agar mencintai diri sendiri, berani ngomong tidak. Kekerasan terhadap anak juga banyak. Di buku ini ditulis, seorang paman yang memperkosa ponakannya yang masih bayi. Apa bayi menimbulkan ketertarikan nafsu? Itu kan bayi. Pelaku adalah orang terdekat korban: bisa teman, tetangga, paman. Lebih banyak orang dekat korban,” sambungnya.

Rifa menilai kasus incest di Indonesia juga tak kalah banyaknya dan ini memang benar adanya. Ia menambahkan, “Ada juga kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan, pelaku perempuan yang menjebak teman perempuannya sehingga temannya sendiri dikorbankan diperkosa ramai-ramai.”

“Melalui buku ini, Kak Yuli memberikan solusi zakat untuk para korban. Bila pelaku suami, dan suami pencari nafkah dalam keluarga, maka di sinilah zakat itu penting agar ekonomi keluarga itu terus berjalan. Mari sisihkan sedikit rezeki kita untuk para korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tambah Rifa.

Sementara itu, Junarti merasa tercerahkan setelah membaca buku ini. Sebelumnya, ia beranggapan bahwa sang istrilah yang menjadi biang atau sumber KDRT, karena istri umunya cerewet dan suami sabar. Padahal kenyataannya bukan begitu, memang tempramen pelaku, suamilah yang menyebabkan KDRT, tidak ada kaitannya dengan istri. Karena banyak juga yang istrinya diam, sabar. Ia lalu mencontohkan kisah seorang ustadzah.   

“Saya sempat berfikir kalo iman kita kuat maka kita tidak dapat KDRT, tetapi saya menemukan bahwa seorang ustadzah saja bisa menjadi korban KDRT, padahal pegangannya Al-Qur’an. Ustadzah ini menjadi korban KDRT selama 20 tahun, tetapi menikmatinya dan menganggap ini ujian Allah, semua akan berlalu. Ia berfikir, suami akan berubah bila sabar dan diam. Ia berusaha mempertahankan rumah tangganya dan tak mau bercerai. Kejadian ini mengajarkan saya KDRT itu ada, nyata, apalagi ini suaminya juga seorang ustadz,” bebernya.

Menurutnya, menceritakan masalah yang kita alami kepada seseorang menjadi hal yang wajar saja asalkan orang tersebut dapat dipercaya dan hal tersebut bukan termasuk kategori mengumbar aib keluarga.

“Buku ini memudahkan saya memahami kasus-kasus yang terjadi dengan kasus yang didampingi Kak Yuli selama bertahun-tahun ini. Kasus-kasus ini digambarkan melalui film-film sehingga memudahkan bagi pemula seperti saya untuk mengetahui kasus-kasus kekerarasan terhadap perempuan. Saya berharap, buku ini bisa menjadi rujukan kebijakan. Sebelumnya saya fikir, kok bisa ya korban masuk jadi penerima zakat. Setelah saya baca, ternyata korban memenuhi empat golongan, yakni fakir, miskin, riqob, fisabililah,” jelasnya mendukung isi buku.

Penyunting: Nirwansyah

Post Views: 58
Tags: Anak MudaGerakan penggalangan dana penerima zakatKaum MudaPSIPP ITBAD JakartaZakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Previous Post

Teladan Dakwah Rasulullah

Next Post

Cerpen: Aku Bukan dari Tulang Rusukmu

Next Post
Cerpen: Aku Bukan dari Tulang Rusukmu

Cerpen: Aku Bukan dari Tulang Rusukmu

Comments 1

  1. Ping-balik: Ana dan Tiga Pemusik Jalanan - JIB Post - Mencerahkan Semesta

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • PSIPP ITB AD Jakarta Gelar Pelatihan Amil Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
  • LIRA, Benalu Ekonomi Bikin Kening Berkerut!
  • Mempertanyakan Ulang Peran Muhammadiyah di Ranah Digital
  • Dua Dekade MAARIF Institute, Komitmen Mengawal Visi Perjuangan Buya Syafii
  • Dua Dekade Maarif Institute, Sebuah Catatan dari Kaum Muda

Recent Comments

  1. Nur mengenai Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19
  2. Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19 - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Dokter Juga Manusia
  3. Ini Imbauan bagi Jemaah Haji di Madinah dan Makkah - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Jemaah Haji Mendapatkan Makanan Tiga Kali Sehari
  4. Membumikan Etika: Aktualisasi dan Pengelolaan - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Azyumardi Azra
  5. IMM Banjarbaru Gelar ILC, Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Pilkada – IMM BANJARBARU mengenai Call for Book Chapter: Setahun Pemerintahan Joko Widodo-Ma’aruf Amin
Mencerahkan Semesta

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In