• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
Mencerahkan Semesta
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya
No Result
View All Result
Mencerahkan Semesta
No Result
View All Result
Home Kolom

Eco Bhinneka Muhammadiyah: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan

Redaksi JIBPost by Redaksi JIBPost
Januari 20, 2023
in Kolom
0 0
0
Eco Bhinneka Muhammadiyah: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan

Foto: Eco Bhinneka Muhammadiyah

0
SHARES
19
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ahsan Jamet Hamidi

Pegiat Eco Bhinneka Muhammadiyah

Kiprah warga Muhammadiyah Kalimantan Barat tidak bisa lepas dari persoalan-persoalan yang ada di sekelilingnya. Bukan hanya warga Persyarikatan, tetapi juga semua orang yang hidup dan menetap di wilayah tersebut. Ada dua masalah sosial yang pernah terjadi di wilayah ini. Pertama, problema kerukunan antaretnis dan pemeluk agama yang pernah terkoyak. Kedua, masalah ancaman kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber daya alam yang tidak seimbang. Jika masalah yang pertama terjadi secara laten dan sporadis, masalah kedua begitu sering dan hingga sekarang masih terus terjadi.

Provinsi Kalimantan Barat pernah menghadapi masalah kerukunan yang sangat serius, terutama pasca-Reformasi pada tahun 2000-an. Perseturuan antarentis yang dibarengi dengan aksi kekerasan, terjadi secara meluas. Konflik itu telah menelan begitu banyak korban jiwa. Ia telah mengusik rasa kemanusiaan kita bersama. Kekerasan yang terjadi pada saat itu pun menarik perhatian dunia. Saat perseteruan mencapai puncaknya, nyawa manusia seakan-akan tidak lebih berharga. Banyak kematian secara sia-sia akibat kekerasan tersebut. Kerugian secara sosial dan ekonomi tak terhitung besarnya.

Masalah lainnya adalah laju kerusakan lingkungan yang juga terus mengancam kehidupan warga. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan. Banjir bandang akibat pembabatan hutan secara liar. Pencemaran dan memburuknya kualitas air sungai di tengah-tengah pemukiman kota Pontianak, juga terus terjadi. Meski ancaman tersebut begitu nyata, namun belum juga ada solusi nyata hingga saat ini.

Bagi Muhammadiyah Kalimantan Barat, masalah ancaman kerukunan dan kerusakan lingkungan, telah menjadi problem serius bagi seluruh warga Pontianak. Mereka berpotensi menjadi korban.

“Saat terjadi konflik antarwarga, atau kebakaran hutan, banjir bandang, maka semua warga Pontianak harus saling menguatkan diri, bahu-membahu, saling menolong agar bisa selamat. Pada saat itu, kita tidak lagi berpikir apa latar belakang suku, warna kulit, hingga agama yang dianut. Semua harus bergerak bersama untuk keselamatan jiwa.” Demikian ungkapan Octavia Shinta Aryani, Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Kalimantan Barat, sekaligus pengampu program Eco Bhinneka Pontianak.

Gagasan Eco Bhinneka

Kedua masalah tersebut telah mengusik Octavia Shinta Aryani dan Tita Titah Saputri, aktivis Nasyiatul Aisyiyah Pontianak. Menurut keduanya, Muhammadiyah harus bisa memberikan kontribusi nyata agar warga Pontianak bisa terlepas dari jerat masalah tersebut. Kemudian mereka menggagas sebuah program yang mampu menyasar dua masalah utama tersebut sekaligus.

Bagi keduanya, Kota Pontianak, sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, sejak kelahirannya telah dihuni oleh warga dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan yang beragam. Meski secara alamiah ada yang jumlahnya dominan, namun kota ini tidak otomatis bisa “dimiliki” oleh mereka yang menjadi mayoritas. Dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih rukun, mereka terus mempromosikan prinsip tentang kesamaan hak sebagai sesama manusia. Prinsip lainnya adalah, semua orang ada dalam derajat yang sama di depan hukum. Tantangan berikutnya, yaitu bagaimana memanifestasikan prinsip dan nilai tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan masalah lingkungan, Muhammadiyah berpandangan bahwa pemerintah tidak akan sanggup menyelesaikan persoalan ancaman kerusakan lingkungan ini sendirian. Partisipasi aktif warga adalah kuncinya. Menggerakkan potensi dan kesadaran warga, tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama, dan etnis untuk bersama-sama mencegah laju kerusakan lingkungan adalah mutlak. “sebagai warga negara, kita memiliki andil besar dalam proses kerusakan lingkungan dan ancaman kerukunan. Tapi, kita sekaligus juga memiliki modal sosial besar untuk mencegahnya,” ujar Shinta dengan penuh optimis.

Gagasan para pegiat kerukunan dan kelestarian alam dari Muhammadiyah itu disebut dengan gerakan Eco Bhinneka. Dalam praktiknya, para pegiat Eco Bhinneka melakukan setiap kegiatannya bersama dengan komunitas pemeluk agama lain, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Semua akan bekerja bersama-sama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih rukun dan lingkungan yang lestari.

Gerakan SEKA

Para penggagas program Eco Bhinneka Pontianak percaya bahwa anak-anak muda menjadi kelompok paling strategis dalam gerakan ini. Mereka akan menjadi ujung tombak dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Untuk itu, keterlibatan mereka mulai dari tahap perencanaan hingga implementasi gagasan mutlak dilakukan.

Program Eco Bhinneka Pontianak memang akan bertumpu pada kekuatan anak-anak muda. Mereka menyebut gerakan ini dengan “PEKA Pontianak”. Latar belakang agama, suku, etnis, dan ras yang begitu beragam, telah menjadi modal utama mereka untuk bergerak menembus batas yang selama ini menjadi penghalang. Promotor lainnya, di samping Shinta dan Tita, adalah Florensia Dasilva Nince, seorang perempuan Katholik berdarah Timor-Dayak yang menetap di Kota Pontianak.

Pada akhir 2022 lalu, pengampu program Eco Bhinneka Pontianak berhasil menggerakkan 500 anak-anak muda untuk terlibat dalam program penanaman pohon yang disumbangkan oleh Pemprov Kalimantan Barat. Secara simbolis, aksi penanaman pohon tersebut dibuka oleh Gubernur Kalimantan Barat, dan dilakukan di depan Masjid Raya Pontianak.

Setelah penanaman pohon dilakukan, mereka berkeliling kota Pontianak dengan bersepeda bersama. Kemudian menghampiri dan singgah di tempat ibadah, seperti gereja, vihara, dan kelenteng. Gereja Katolik menjadi destinasi terakhir. Di sana, para pesepeda dipersilahkan untuk menikmati sarapan pagi, sekaligus melakukan pengukuran tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah dan asam urat secara gratis. Para mahasiswi berjilbab dari Ilmu Keperawatan Aisyiyah Pontianak melayani para pesepeda dengan ramah, sekaligus memberikan konsultasi kesehatan di halaman gereja tersebut.

Gagasan Shinta, Tita, dan Nince terwujud dalam wadah perkumpulan anak-anak muda yang mereka sebut dengan Gerakan SEKA (Sahabat Eco Bhinneka) Pontianak. Mereka telah berhasil membuka ruang perjumpaan dan pengenalan bagi anak-anak muda untuk bisa mengetahui ragam rumah ibadah dari berbagai agama. Tahap ini memang baru sebatas membuka ruang dialog, untuk saling mengenal dan membuka sekat. Ibarat hendak menapaki jalan dengan seribu langkah, maka apa yang sudah mereka rintis, adalah puluhan langkah awal yang signifikan

Gagasan Eco Bhinneka Pontianak perlu terus didukung oleh segenap warga Persyarikatan Muhammadiyah. Semoga, rintinsan awal ini, ke depan bisa memberikan kontribusi nyata bagi terwujudnya kehidupan yang lebih rukun dan lingkungan yang lebih lestari di Pontianak.

Post Views: 73
Tags: Eco Bhinneka
Previous Post

Hakekat (Orang) Penting

Next Post

Menyatukan Organisasi Dakwah Serumpun

Next Post
Menyatukan Organisasi Dakwah Serumpun

Menyatukan Organisasi Dakwah Serumpun

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • PSIPP ITB AD Jakarta Gelar Pelatihan Amil Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
  • LIRA, Benalu Ekonomi Bikin Kening Berkerut!
  • Mempertanyakan Ulang Peran Muhammadiyah di Ranah Digital
  • Dua Dekade MAARIF Institute, Komitmen Mengawal Visi Perjuangan Buya Syafii
  • Dua Dekade Maarif Institute, Sebuah Catatan dari Kaum Muda

Recent Comments

  1. Nur mengenai Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19
  2. Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19 - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Dokter Juga Manusia
  3. Ini Imbauan bagi Jemaah Haji di Madinah dan Makkah - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Jemaah Haji Mendapatkan Makanan Tiga Kali Sehari
  4. Membumikan Etika: Aktualisasi dan Pengelolaan - JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Azyumardi Azra
  5. IMM Banjarbaru Gelar ILC, Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Pilkada – IMM BANJARBARU mengenai Call for Book Chapter: Setahun Pemerintahan Joko Widodo-Ma’aruf Amin
Mencerahkan Semesta

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kolom
  • Memori
  • Obituari
  • Komentar
  • Profil
  • Info
  • Pojok Buya

© 2022 - JIBPOST.ID - Jaringan Intelektual Berkemajuan

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In