• Login
JIB Post - Mencerahkan Semesta
  • Kolom
  • Komentar
  • Profil
  • Obituari
  • Memori
  • Info
  • JIB Talks
No Result
View All Result
Advertisement
  • Kolom
  • Komentar
  • Profil
  • Obituari
  • Memori
  • Info
  • JIB Talks
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Komentar
Berdamai dengan Covid-19

Gambar: Republika

Berdamai dengan Covid-19

Redaksi JIBPost by Redaksi JIBPost
5 Februari 2021
in Komentar
0 0

Ust. Hatim Gazali

Alumni Pesantren Sukorejo Situbondo; Pemimpin redaksi Islamina.id ; dan Ketua Umum PERSADA NUSANTARA

Sampai awal tahun 2021 ini, tanda-tanda berakhirnya Covid-19 di Indonesia belum juga tampak. Bahkan, jumlah kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan tajam, menembus angka 1 juta. Perharinya, ada penambahan kasus baru mencapai 10 ribu/hari. Rumah sakit penuh, tak dapat menampung kasus baru. Jumlah korban yang wafat karena Covid-19 mencapai angka di atas 25 ribu.

Vaksin memang sudah dimulai digencarkan. Presiden Jokowi menjadi orang yang pertama yang mendapat suntikan vaksin, untuk memberikan rasa aman dan percaya agar seluruh rakyat Indonesia tidak menolak divaksinasi. Pasalnya, tidak sedikit narasi yang menyatakan penolakan terhadap vaksinasi tersebut.

Sekalipun demikian, hadirnya jutaan vaksin ke Indonesia tak bisa menghentikan kecepatan laju penyebaran Covid-19 ini. Persebarannya bisa lebih cepat ketimbang proses vaksinasi. Dampaknya, ke depan, kasus baru tak seketika akan menurun, korban jiwa masih akan terus terjadi.

Lalu, bagaimana sikap kita menghadapi situasi ini? Pilihan terbaik adalah “berdamai.” “Berdamai” berarti ia mengakui dan menerima bahwa Covid-19 ini benar-benar ada, keberadaannya tak bisa disangkal. 25 ribu orang yang wafat karena dipicu oleh Covid-19 ini menjadi bukti kuat.

Untuk percaya akan keberadaan Covid-19 ini, sejatinya, tak memerlukan pembuktian sendiri melalui pengalaman langsung; menjadi korban Covid-19, baru kemudian percaya. Tidak perlu. Sama halnya, untuk percaya bahwa 14 abad yang silam diutus seorang nabi bernama Nabi Muhammad S.A.W, seorang muslim tak perlu masuk ke lorong waktu masa lampau untuk mengecek keberadaan Nabi. Buktinya sangat jelas di depan mata; Islam yang kita peluk sekarang.

Setelah menerima dan mengakui adanya Covid-19 ini, maka makna “berdamai” berikutnya adalah mengikuti protokol yang telah ditetapkan, sebagai upaya untuk menghindar menjadi korban Covid-19. Menjaga kebugaran dan imunitas tubuh, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan adalah proteksi diri yang perlu dilakukan oleh setiap rakyat Indonesia.

Memproteksi diri agar terhindar dari Covid-19 ini wajib dilakukan karena dua alasan. Pertama, menjaga jiwa (hifd al-nafs) adalah salah satu tujuan hadirnya Islam di muka bumi (maqasid al-syariah). Islam menuntut setiap muslim agar menjaga jiwanya juga raganya agar selalu sehat dan tidak sakit. Menjaga diri agar tetap bugar dan sehat ini perlu kita jadikan tujuan agar kita dapat melaksanakan ibadah dan seluruh syariat Allah.

Kedua, tidak menjadikan diri kita sebagai pembawa (career) virus ini kepada orang lain yang dapat menyebabkan orang lain mengalami dampak buruk; sakit dan mati. Surat al-Maidah ayat 32 pun menegaskan bahwa membunuh satu orang diibaratkan sama dengan membunuh seluruh manusia. Ayat tersebut jika dikaitkan dengan Covid-19, maka ketika kita terpapar Covid-19 (baik bergejala maupun tidak) maka kita harus isolasi agar tidak menularkan penyakit tersebut kepada orang lain.

****

Bagi seorang muslim, adanya Covid-19 perlu ditempatkan sebagai salah satu tanda kebesaran Allah. Bahwa, kuasa dan kehendak Allah melampaui kehebatan, kemajuan, kesaktian seseorang dan negara. Sama halnya dengan penyakit pada umumnya, hampir tak ada manusia yang dapat menghindarkan dirinya dari penyakit itu sendiri.

Sebagai salah satu tanda kebesaran Allah, maka adanya Covid-19 ini mestinya menjadi momentum untuk meningkatkan ketauhidan, ketakwaan, dan kesabaran. Kita menjadi semakin yakin bahwa tidak ada kuasa yang lebih besar dari kuasa Allah. Tak ada peristiwa di semesta ini tampa kuasa dan kehendak-Nya. Termasuk Covid-19 ini.

Bertakwa kepada Allah tak hanya bersangkut paut dengan jumlah ibadah yang dilakukan setiap waktu, tetapi juga bertalian dengan kehidupan sosial, sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam surat ali-Imran ayat 133-135.

Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa; (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

Dari ayat di atas kita menjadi tahu bahwa menjadi orang bertakkwa (muttaqin) mengandaikan kerelaan kita untuk berinfaq, membantu orang lain yang kesulitan. Ini menjadi sangat penting dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Membantu orang yang terdampak Covid-19 bisa dijadikan salah satu indikator ketakwaan kita kepada Allah.

Ayat di atas juga menggambarkan bahwa orang yang bertakwa juga orang-orang yang dapat menahan amarahnya, sehingga ketika musibah Covid-19 ini menimpa dirinya atau keluarganya, ia tidak meluapkan amarahnya kepada siapapun, apalagi kepada Allah. Musibah yang terjadi pada dirinya justru dijadikan batu uji untuk meningkatkan imannya. Kesabaran menjadi bukti kebertakwaan seseorang.

Nabi Ayyub konon diuji dengan penyakit cacar yang dideritanya dalam waktu yang cukup lama. Ada yang menyebutkan tiga tahun, tujuh tahun, dan bahkan 18 tahun. Derita penyakit yang dialami Nabi Ayyub tak menjadikan ia “lari” dari Allah, melainkan justru semakin meningkatkan takwa dan syukur kepada Allah.

Ciri lain dari takwa dalam ayat di atas adalah kerelaan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Karena kita perlu sadar bahwa tidak ada manusia yang tak luput dari perbuatan salah. Ciri lainnya adalah tidak melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri. Dalam konteks Covid-19, termasuk dalam perbuatan keji dan menzalimi diri sendiri adalah tidak mematuhi protokol Kesehatan yang ditetapkan, yang dapat menyebabkan dirinya dan orang lain menjadi korban.

***

Akhirnya, berdamai dengan Covid-19 bukan saja menerima adanya keberadaan virus ini sebagai salah satu kebesaran Allah, melainkan juga kepatuhan terhadap pelaksanaan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai orang yang beriman, pandemi Covid-19 ini justru dijadikan momentum untuk meningkatkan ketauhidan, ketakwaan, dan kesabaran. Karena berdamai dengan Covid-19 dalam konteks keimanan kepada Allah berarti mengambil hikmah atas segala peristiwa yang terjadi pada kehidupan ini, termasuk pandemi Covid-19. Semoga kita dimasukkan ke dalam orang-orang yang betakwa. Amin.

Sumber: Buletin Jumat Al-Wasathiyah Edisi 1 (5/2/2021). Penerbit: MAARIF Institute dan P3M

Penyunting: Nirwansyah

Post Views: 80
Tags: Berdamai dengan Covid-19Covid-19MAARIF InstitutemenjadiindonesiamuslimgoodP3M
Share12Tweet7SendShare
Redaksi JIBPost

Redaksi JIBPost

Media jaringan berkemajuan dalam keberbagaian. Tidak kaku dan tidak beku. Cair mengalirkan kebajikan dan kemanusiaan. Progresif dan berkemajuan.

Related Posts

Akademisi Parasit

Akademisi Parasit

7 Februari 2021
Islam di Sumatra Barat yang Sedang Sial

Islam di Sumatra Barat yang Sedang Sial

6 Februari 2021

Agama dari Tuhan untuk Manusia

Muhammadiyah Gertak Pemerintah?

Next Post
IPM

Aktivis IPM Bicara Strategi Mengimbangi Dakwah Kalangan Konservatif

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Buya Syafii: Mendewakan Seseorang Berdasarkan Keturunan adalah Perbudakan Spiritual

Buya Syafii: Mendewakan Seseorang Berdasarkan Keturunan adalah Perbudakan Spiritual

22 November 2020
Scopusisme dan Angka Kredit

Scopusisme dan Angka Kredit

16 November 2020
Muhammadiyah Gertak Pemerintah?

Muhammadiyah Gertak Pemerintah?

4 Januari 2021
Ahmad Syafii Maarif atau biasa dipanggil Buya Syafii mengatakan bahwa tidak ada sistem politik yang sempurna, bahkan demokrasi sekalipun.

Buya Syafii: Dunia Sedang Lintang Pukang

15 November 2020
PROKLAMASI MUHAMMADIYAH

PROKLAMASI MUHAMMADIYAH

4
Mbah Modin: Supeno Bukan Komunis

Mbah Modin: Supeno Bukan Komunis

3
COVID-19 dan Penundaan Pilkada Serentak 2020

Covid-19 dan Penundaan Pilkada Serentak 2020

3
Keuangan Negara Meredam Covid-19

Keuangan Negara Meredam Covid-19

3
Ringkasan Eksekutif: Evaluasi dan Studi Dampak Program “Pesantren Leaders Visit to Japan”

Ringkasan Eksekutif: Evaluasi dan Studi Dampak Program “Pesantren Leaders Visit to Japan”

24 Februari 2021
MAARIF Institute Gelar Diseminasi Publik Paparan Hasil Asesmen dan Launching Buku

MAARIF Institute Gelar Diseminasi Publik Paparan Hasil Asesmen dan Launching Buku

24 Februari 2021
10 Penulis Terkaya di Dunia 2020, Bagaimana di Indonesia?

10 Penulis Terkaya di Dunia 2020, Bagaimana di Indonesia?

24 Februari 2021
Demagog, Demagogi, dan Kerentanan Massa

Demagog

25 Februari 2021

Populer Minggu ini

Ringkasan Eksekutif: Evaluasi dan Studi Dampak Program “Pesantren Leaders Visit to Japan”

Ringkasan Eksekutif: Evaluasi dan Studi Dampak Program “Pesantren Leaders Visit to Japan”

24 Februari 2021
MAARIF Institute Gelar Diseminasi Publik Paparan Hasil Asesmen dan Launching Buku

MAARIF Institute Gelar Diseminasi Publik Paparan Hasil Asesmen dan Launching Buku

24 Februari 2021
10 Penulis Terkaya di Dunia 2020, Bagaimana di Indonesia?

10 Penulis Terkaya di Dunia 2020, Bagaimana di Indonesia?

24 Februari 2021
Demagog, Demagogi, dan Kerentanan Massa

Demagog

25 Februari 2021
JIB Post - Mencerahkan Semesta

© 2020 JIBPost.ID

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Kolom
  • Komentar
  • Profil
  • Obituari
  • Memori
  • Info
  • JIB Talks

© 2020 JIBPost.ID

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In