JIBPost.ID – Tak bisa dimungkiri bahwa peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sangat penting bagi bangsa ini. Hal ini tak lepas dari banyaknya lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah dan hampir tersebar di berbagai wilayah Indonesia serta mendapat sambutan baik dari masyarakat setempat. Hal tersebut, menurut Azyumardi Azra, karena pendidikan di Muhammadiyah itu egaliter. Siapa saja bisa bersekolah di Muhammadiyah tanpa memandang latar belakang, baik itu suku, ras, dan agama.
“Pendidikan Muhammadiyah itu egaliter. Jadi siapa saja bisa masuk ke situ, ya kan. Bahkan, yang tidak mampu pun bisa disubsidi, nggak usah bayar apa-apa, gitu kan,” tuturnya.
Hal ini disampaikannya dalam program “Melawan Lupa: Gerakan Pendidikan Muhammadiyah”.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai bahwa pendidikan yang egaliter itu juga mencakup dan mengakomodir kaum perempuan. Dan sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan di Muhammadiyah sudah melakukan hal tersebut.
“Pendidikan yang egaliter itu juga mencakup perempuan. Jadi, perempuan itu diterima, diakomodasi di dalam sekolah-sekolah Muhammadiyah, pendidikan Muhammadiyah,” terang Azyumardi Azra.
Selain itu, Azra juga menjelaskan aspek penting lainnya dari pendidikan Muhammadiyah, yaitu mengembangkan pluralitas atau pluralisme. Muhammadiyah juga banyak membangun sekolah-sekolah di wilayah yang mayoritas penduduknya non-muslim.
“Pendidikan Muhammadiyah itu menerima dan mengembangkan pluralitas/pluralisme. Kalau kita lihat dari dulu, pendidikan Muhammadiyah itu tidak hanya berkembang di Jawa, Sumatera, atau katakanlah Sulawesi, tapi kemudian juga berkembang ke daerah-daerah lain yang mayoritas bukan Muslim,” ungkapnya.
Adapun terkait perkembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah, dalam pengamatan Azra, dikarenakan sistemnya yang sentralistik dan disertai dengan manajemen modern, akuntabel, kredibel, dan keuangannya dapat dipertanggungjawabkan.
“Sejak dari dahulu, Muhamamdiyah itu mengembangkan kelembagaan pendidikan yang sentralistik, ya. Jadi, pengelolaanya itu sentralistik disertai dengan manajemen modern, tata kelola yang good governance, yang kredibel, yang akuntabel, dan bisa dipertanggungjawabkan keuangannya,” jelas Azra.
“Oleh karena itu, hampir tidak pernah kita dengar, misalnya uang sumbangan, uang donasi dari umat itu hilang,” pungkasnya.
Penyunting: Nirwansyah