JIBPost.ID – Cendekiawan Muslim dan sejarawan terkemuka, Azyumardi Azra, menceritakan sejak masa Orde Baru khususnya hingga sekarang, lingkaran rezim penguasa hampir selalu berusaha melakukan intervensi dan merekayasa proses, substansi, dan hasil muktamar atau kongres atau munas/mubes ormas, perserikatan/perhimpunan, dan parpol untuk kepentingan status quo kekuasaan.
“Muhammadiyah di masa silam bukan tidak pernah menghadapi manuver intervensi dan rekayasa rejim. Tetapi usaha itu gagal karena beberapa faktor; pertama, Muhammadiyah sangat solid, tidak ada friksi signifikan yang bisa membuat persyarikatan retak dan pecah; kedua, pimpinan Muhammadiyah umumnya lebih imun dari godaan politik yang bisa memecah belah; ketiga, pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah, khususnya pimpinan pusat, dipilih berdasarkan usulan dari bawah, yang kemudian disortir dan dipilih 13 formatur dalam muktamar. Mekanisme ini membuat sulitnya intervensi dan rekayasa kekuasaan politik tertentu”, jelas Azra.
Meski demikian, tambah Azra, konsolidasi dan soliditas Persyarikatan tetap perlu diberdayakan.
“Pernyataan Pak Busyro itu harus dibaca sebagai himbauan atau peringatan bagi para pimpinan di berbagai tingkatan dan juga semua anggota Persyarikatan Muhammadiyah untuk waspada dan merapatkan barisan,” terangnya.
Sebelumnya Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas mengatakan bukan tidak mungkin Muktamar Muhammadiyah mendatang akan direkayasa.
“Tidak mustahil Muktamar Muhamadiyah yang akan datang pun juga sedang dalam proses untuk direkayasa, tidak mustahil karena sebelumnya juga sudah terjadi di organisasi lain,” ucap Busyro dalam diskusi daring Agenda Mendesak Penguatan KPK yang digelar Fisipol UMY, Sabtu (19/6/2021).
Penyunting: Nirwansyah