• home baru
  • JIB Talks
  • JIBPost
  • Kirim Artikel
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Penulis
  • Redaksi
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Tentang Kami
JIB Post
No Result
View All Result
No Result
View All Result
JIB Post
No Result
View All Result
Home Kolom

Buta di Sini, Buta di Sana (II)

Redaksi JIBPost by Redaksi JIBPost
Juni 19, 2021
in Kolom
0 0
0

Ilustrasi: GEOTIMES

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ahmad Syafii Maarif

Guru Besar Sejarah dan Pemikiran Islam

Posisi umat yang hina ini yang telah lama dimainkan pihak lain serta tidak akan berubah selama mereka tidak membuka mata lebar-lebar untuk melihat dan mengoreksi keadaan diri secara jujur dan berani, kemudian siap bangkit dengan penuh percaya diri. Ucapkan selamat tinggal kepada borok-borok sejarah masa silam yang menyebabkan kita terkapar berkeping-keping seperti sekarang ini. Bahwa untuk mengubah sikap mental yang sudah karatan selama berabad-abad memang sangat sukar, saya setuju. Tetapi apakah ada cara lain untuk bangkit secara sejati untuk jadi umat yang gagah dan bermartabat tinggi?

Penyair Iqbal sudah sejak abad ke-19 berupaya melalui bahasa puisi yang tajam bagaimana menyadarkan umat agar bangkit dari kejatuhan melalui persatuan dan persaudaraan. Puisinya memang dihafal dan dibaca, tetapi perubahan mendasar tidak kunjung menjadi kenyataan. Puisi tinggal puisi, kelakuan tidak juga membaik. Pakistan yang mengklaim Iqbal sebagai miliknya, malah nyaris jadi negara gagal. Ikuti bait ini:

Sekalipun satu keluarga, kita merasa asing satu sama lain, 
Ikat kembali dedaunan yang berserakan ini,
Hidupkan lagi hukum cinta!

(Lih. M. Moizuddin, The World of Iqbal. Lahore: Iqbal Academy, 1982, hlm. 34).

Tengoklah apa yang sedang berlaku di Turki, sesama golongan santri sedang adu jotos, etnis Kurdi pun diperangi, sukar sekali menyatu. “… kita merasa asing satu sama lain,” tegur Iqbal. Dedaunan itu tetap saja berserakan, hukum cinta sudah kehilangan tenaga. Kemudian layangkan pulalah pandangan pada apa yang sedang berlaku di Suriah, Iraq, Afghanistan, Palestina, Nigeria, dan di belahan bumi lain. Perpecahan akibat gesekan kesukuan telah melumpuhkan hukum cinta.

Apakah kita masih saja berhak meneriakkan slogan sebagai “umat yang terbaik yang ditampilkan untuk manusia?” Umat terbaik tidak mungkin diobok-obok pihak lain penaka binatang ternak. Itu belum lagi kita bicara tentang nasib TKI Indonesia yang menyabung nyawa di negeri jiran, kemudian diusir karena surat-surat perjalanan tidak ada. Tidak jarang yang terkapar dalam perjalanan mengais rezeki.

Tentu ada saja titik-titik terang di ranah-ranah tertentu yang tidak dihambat oleh sekte-sekte teologis. Gerakan Dompet Dhu’afa di Indonesia, misalnya, adalah salah satu terobosan untuk memperbaiki kondisi umat. Begitu juga gerakan Lazis Muhammadiyah dan MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) PP Muhammadiyah telah melakukan sesuatu yang patut dipuji bagi kepentingan masyarakat yang terpinggirkan.

Masalahnya, karena mereka yang terpinggirkan itu merupakan gelombang besar, maka jangkauan gerakan-gerakan sosial kemanusiaan ini masih terbatas. Semestinya negara yang harus berbuat lebih banyak karena semuanya itu menjadi kewajiban konstitusionalnya.

Tetapi hampir semua negara di bumi Muslim, karena asyik bermain di panggung kekuasaan, sering benar tidak hadir membela rakyatnya yang tertindas dan kesakitan. Gerakan musim semi Arab yang gagal itu adalah contoh dramatis yang banyak membawa korban, sedangkan penguasa yang masih bertahan tetap saja tidak punya kepekaan untuk melancarkan perubahan ke arah tegaknya keadilan dan kebersamaan, karena agama penguasa itu adalah nafsu kekuasaan yang dibalut dengan baju teologis.

Jutaan pengungsi Suriah yang lari ke berbagai belahan bumi rupanya belum cukup kuat untuk menggugah batin elite Arab untuk mengoreksi kesalahan politik mereka yang anti keadilan. Warisan sengketa lama politik kesukuan mereka seperti tidak lagi mampu ditembus Islam sebagai agama yang resmi mereka peluk. Puak Sunni dan Syi’ah sama-sama terlibat dalam dosa sejarah itu. Situasi buruk ini akan tetap saja berlangsung selama mereka tidak patuh mengikuti logika Al-Qur’an dalam surat al-Ra’d di atas.

Akhirnya, agar tidak buta, baik itu “buta di sini dan tidak buta di sana,” bangunan keislaman dan keimanan kita perlu dikoreksi dan dipertanyakan kembali, apakah sudah benar dan autentik diukur dengan benang merah Al-Qur’an dan misi kenabian! Dan sentana sisa-sisa keikhlasan dalam beragama masih terpelihara dalam diri kita, mestinya mengapa sulit amat mengikat kembali “dedaunan yang berserakan,” untuk meminjam ungkapan Iqbal di atas.

*Pernah dimuat di Republika

Penyunting: Nirwansyah

Post Views: 2
Tags: Buta di SanaButa di Sana (II)Buta di Sini
Previous Post

Buya Syafii Maarif: Sebuah Retrospeksi

Next Post

Azyumardi Azra: 3 Alasan Muhammadiyah Imun dari Intervensi Kekuasaan

Next Post

Azyumardi Azra: 3 Alasan Muhammadiyah Imun dari Intervensi Kekuasaan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Jelang Kepulangan Gelombang Kedua, Stafsus: Petugas Harus Tetap Fokus dan Semangat!
  • Menelisik Musabab Kesembuhan dari Covid-19
  • Kabinet DPP LIRA Resmi Dilantik, Presiden LIRA: LIRA Terus Konsisten Menjadi Jembatan Rakyat-Pemerintah
  • Amirul Hajj Gelar Rapat Evaluasi, Menag: Siapkan Haji 1444 H Sejak Awal
  • Maarif Institute Gelar Acara Halaqah Kebangsaan Mengenang dan Melanjutkan Warisan Buya Syafii Maarif

Recent Comments

  1. Lila S mengenai Wacana Penundaan Pemilu 2024, Azyumardi Azra: Mahasiswa dan BEM kok Diam Saja, Ini Menyedihkan dan Membahayakan
  2. Jenny Chatab mengenai Islam tentang Perbedaan Pendapat
  3. JIB Post - Mencerahkan Semesta JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Buya Syafii: Mendewakan Seseorang Berdasarkan Keturunan adalah Perbudakan Spiritual
  4. JIB Post - Mencerahkan Semesta JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Angkatan Muda Muhammadiyah Tingkat Pusat Tuntut GAR ITB Minta Maaf Soal Tuduhan Radikalisme Din Syamsuddin
  5. JIB Post - Mencerahkan Semesta JIB Post - Mencerahkan Semesta mengenai Azyumardi Azra: Abdsurd Melaporkan Din Syamsuddin Radikal

Archives

  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020

Categories

  • Info
  • JIB Talks
  • Kolom
  • Komentar
  • Memori
  • Obituari
  • Pojok Buya
  • Profil
  • Uncategorized
  • home baru
  • JIB Talks
  • JIBPost
  • Kirim Artikel
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Penulis
  • Redaksi
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Tentang Kami

© 2022 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • home baru
  • JIB Talks
  • JIBPost
  • Kirim Artikel
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Penulis
  • Redaksi
  • Sample Page
  • Sample Page
  • Tentang Kami

© 2022 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
JIB Post